KOMUNIKASI BISNIS
Resume Tantangan Komunikasi Di Tengah Keragaman Budaya Dunia
Pada kehidupan dewasa ini, dimana pergerakan orang, modal, bahan baku, produk dan informasi tidak dapat dikendalikan lagi oleh perusahan. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan dengan skala lokal, misalnya “Mirota batik” dimungkinkan untuk berhubungan dengan orang asing, di mana mereka menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan lain mulai memasuki pasar luar negeri dengan ekspor dan dapat pula perusahaan lokal menerima tawaran kerja sama dengan perusahaan asing. Perusahaan local yang terus berkembang dapat menjadi perusahaan nasional dan seranjutnya dapat membuka cabang di luar negeri atau mengadakan afiriasi dengan perusahaan di luar negeri. Banyak sekali perdagangan dan kegiatan ekonomi dalam skala dunia yang dilakukan perusahaan. Perusahaan yang beroperasi dalam skala dunia mempunyai aseet yang sangat besar,yang tersebar di banyak Negara contoh perusahaan yang beroperasi dalam skala global yaitu Unilever, P&G, coca cola, General Elec-tric, dan lBM.
Operasi perusahaan-perusahaan di atas melampaui batas-batas negara, sehingga karyawan dari perusahaan-perusahaan diatas akan berinteraksi secara global. Mereka berinteraksi dengan orang dari berbagai negara, agama, adat,dan budaya. sebagai contoh, seorang karyawan Generit Eteciric(GE)Yogyakarta yang berlokasi di sleman, akan berinteraksi dengan karyawan dari Batak,Ambon, dan bahkan dari Amerika. Apa yang dijelaskan ini menggambarkan komunikasi antarbudaya secara internal, yakni komunikasi antarbudaya diantara karyawan GE itu sendiri.
Dalam komunikasi eksternal,karyawan akan berinteraksi dengan orang orang dari luar perusahaan tempat mereka bekerja. Pada perusahaan global seperti dibahas di atas, akan terjadi interaksi dan komunikasi dengan konsumen, pemasok,investor, dan pesaing dari negara-negara lain. Sehingga karyawan dituntut untuk dapat menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional yakni bahasa inggris. Selain itu, karyawan dituntut untuk memahami budaya asing,sehingga akan mempermudah komunikasi.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Sebuah budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Namun seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah kelompok secara keseluruhan dapat dilacak, meskipun telah berubah banyak, dari generasi ke generasi.
Budaya sebagai sejumlah asumsi penting yang dianut oleh anggota suatu masyarakat tertentu (Noe ef. alt:84). Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang, dan tidak dimiliki oleh sebagian yang lain. Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja antara budaya satu dengan budaya lain ada aspek-aspek yang berbeda dan ada aspek-aspek yang sama.Namun meskipun ada persamaan dalam aspek-aspek tertentu, misalnya dalam hal bahasa, namun tetap menimbulkan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkan hubungan antarbudaya dan mengurangi distorsi-distorsi, para komunikator harus keluar dari kungkungan budayanya sendiri, dan masuk atau memahami budaya pihak lain.
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) dapat dinyatakan :
Intercultural communication is the process of sending and receiving messages between people of different cultures.
Komunikasi Antarbudaya (Intercultural Communication) adalah proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Penggolongan kelompok budaya tidak bersifat mutlak, kita boleh memilih satu atau lebih untuk menandai sebuah kelompok yang memiliki budaya yang sama. Misalnya di USA, Orang Amerika berbicara tentang orang-orang asli California, Nebraska, dan New Hampshire berasal dari budaya-budaya regional yang berbeda (West Coast, Midwest, dan New England). Kita boleh menyebut masing-masing sebagai anggota sebuah budaya kota atau budaya desa, atau sebagai anggota budaya Irlandia atau budaya Yahudi. Kita boleh menganggap mereka sebagai anggota-anggota budaya Barat yang lebih luas lagi.
Model Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya terjadi apabia pengirim pesan (sender) adalah anggota budaya tertentu sedang penerima (receiver) anggota budaya yang lain. Dalam komunikasi yang demikian akan muncul masalah-masalah di mana suatu pesan disandi (encoding) dalam suatu budaya dan harus disandi ulang (decoding) dalam budaya lain. Hal ini perlu rnendapat perhatian karena budaya mempengaruhi orang daiam berkomunikasi.
Gambar tersebut menunjukan adanya komunikasi antara tiga budaya, yaitu budaya A,B,dan C. Budaya A dan budaya B relative sama, masing-masing diwakili oleh satu segi empat dan satu segi delapan tak berturan yang hamir menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dangan kedua budaya yang pertama, perbedaan ini ditunjukan dengan perbedaan bentuk yang mewakilinya,yakni lingkaran. Perbedaan bentuk budaya ini dapat dilihat pertama kali pada saat ia melingkupi individu-individu yang ada di dalamnya.
Etnosentrisme bisa diartikan kecenderungan untuk menilai kelompok lain dengan standar, perilaku, dan adat atau kebiasaan dalam kelompoknya, serta melihat kelompok lain lebih rendah dibandingkan kelompoknya sendiri(Mulyana & Rakhmat:77). Makin besar kesamaan kelompok lain dengan kelompoknya, maka semakin dekat mereka dengan kelompok tersebut. Biasanya kita menghakimi nilai, adat istiadat atau aspek-aspek budaya lain menggunakan kelompok kita sendiri dan adat istiadat kita sendiri sebagai standar bagi semua penilaian. Disadari atau tidak, kita sering mengganggap kelompok kita sendiri, negeri kita sendiri,budaya kita sendiri, sebagai yang terbaik, yang paling bermoral.
Etnosentrisme sulit dihilangkan, karena ia bersumber pada psikologi manusia (memperoleh dan memelihara penghargaan diri). Dan ini merupakan keinginan yang sangat manusiawi dari tiap orang yang berlatar budaya yang berbeda. Adanya perbedaan budaya dimasing-masing kelompok, masyarakat dan negara, juga turut mempengaruhi efektifitas komunikasi antarbudaya.
Edward T. Hall (ibid.pp.293-294) membedakan budaya konteks tinggi (high-context culture) dengan budaya konteks rendah (low-context culture). Dua tipologi budaya ini memiliki beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Menurutnya, budaya bisa dianggap ada dalam suatu rentang(continuum).
Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya.
Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks rendah seperti pesan bersifat verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, berterus terang, menekankan komunikasi langsung dan ekplisit: pesan-pesan verbal sangat penting, dan informasi yang akan dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal
Contoh Budaya konteks rendah
Dalam membandingkan orang-orang Amerika dengan orang-orang Melayu dan Jepang, Althen memberikan suatu contoh dimensi konteks tinggi/ konteks rendah :
Orang-orang Amerika memperhatikan kata-kata yang orang gunakan untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan perasaan. Mereka umumnya tidak terampil dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain."Oh, kalian orang Amerika!" kata seorang wanita Jepang yang jengkel dipaksa menjelaskan rincian tentang suatu situasi yang tidak menyenangkan, "Kamu harus mengatakan segalanya!" [Althen, 1992, Hlm. 416] Orang Indonesia juga sangat pintar dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. Misalnya seorang anak yang ingin menyampaikan hasil rapot yang jelek kepada ayahnya,maka anak tersebut harus dapat melihat apakah sang ayah itu sedang dalam suatu situasi ceria (wajah), menyenangkan, punya waktu, dan bisa diajak bicara dsb. Kalau tidak bisa-bisa anak tersebut dimarahi habis-habisan karena nilainya yang jelek.
- Perbedaan Budaya dalam Komunikasi
Nilai (value) didefinisikan sebagai keyakinan dasar (Robbins: 158). Nilai akan mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga seseorang yang masuk ke suatu organisasi atau perusahaan akan membawa persepsinya mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Secara umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai masalah. orang-orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses dapat diukur dari sisi materi, berorientasi pada tujuan dan efesiensi Kekayaan yang diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal superiototas,dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada yang tidak bekerja keras.Di Indonesia, khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan masih memiliki kebersamaan yang tinggi,sementara ada kecenderungan bahwa nilai-nilai gotong royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan semakin tingginya sikap individualities. Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang tinggi, menciptakan lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja secara efisien
- Roles and Status (Peran dan Status)
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan seseorang,termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi.
Sebagai contoh:
- Concept of Time (Konsep Waktu)
Perbedaan persepsi terhadap waktu adalah faktor lainnya yang bisa menyebabkan misunderstandings
Ekekutif Amerika dan Jerman | Eksekutif Amerika Latin dan Asia |
waktu sebagai sesuatu yang harus direncanakan dan dipergunakan secara efisien, berfokus hanya pada tugas pekerjaan tiap periode yang sudah terjadwal. Waktu adalah terbatas, jadi mereka mencoba langsung mendapatkan sesuatu (informasi, pendapat, masukan, pengarahan, dll) secepat mungkin ketika berkomunikasi. | waktu sebagai sesuatu yang fleksibel. Karena dalam budaya mereka, membangun sebuah dasar/fondasi hubungan bisnis adalah jauh lebih penting daripada batas waktu pertemuan untuk tugas tertentu. |
Tabel 2. Pandangan waktu eksekutif di dunia
- Concept of Personal Space (Konsep Ruang Pribadi)
Seperti halnya waktu, ruang/ jarak dalam berkomunikasi seringkali menyebabkan pengertian yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam Budaya Barat dalam berkomunikasi biasanya mereka berdiri 5 feet selama percakapan bisnis. Jarak ini bagi orang Jerman dan Jepang, adalah dekat namun tidak nyaman . Tetapi bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak ini jauh dan tidak nyaman.Budaya Barat cenderung bereaksi negatif (tanpa alasan yang pasti), ketika seorang Arab bergerak mendekat selama percakapan. Dan orang Arab mungkin bereaksi negatif (tanpa alasan yang pasti) ketika seorang Amerika/ Kanada bersikap mundur agak menjauh selama percakapan.
- Linguistic (Bahasa)
Dalam bisnis global persyaratan pemahaman bahasa asing tidak dapat dihindari lagi. lnteraksi dengan orang asing bukan hanya karena dalam perusahaan mempekerjakan orang-orang dari berbagai negara, tetapi perusahaan global juga berhubungan dengan pemasok, pelanggan, agen, distributor, pesaing, dan hukum dariberbagai negara. Bahasa internasional adalah bahasa lnggris, sehingga pemahaman bahasa lnggris merupakan hal yang penting, namun dalam bisnis-bisnis tertentu diperlukan penguasaan bahasa lain.Dalam perkembangan ekonomi di lndonesia, di mana pada tahun 1996 terdapat 265 (49,76%) perusahaan asing berasaldari Jepang, maka pemahaman bahasa Jepang menjadi signifikan dalam komunikasi bisnis
- Pengambilan Keputusan
Dinegara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif selalu berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting. Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu keputusan pokok atau utama,sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manajer yang lebih bawah. Lain halnya di Amerika Latin dan Jepang, proses pengambil keputusan yang dilakukan oleh manager puncak umumnya berjalan lambat dan bertele-tele.
- Konteks Budaya
Salah satu berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi non verbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan-pesan secara tidak langsung (indirect) yang disertai dengan ekspresi ataupun gerakan-gerakan tubuh. Dalam konteks budaya rendah,seperti Amerika Serikat dan Jerman, orang sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi non verbal.
- Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan di suatu Negara bisa jadi dianggap kurang sopan di Negara lain. Contoh : di Negara-negara Arab memberikan seuatu hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak mengapa jika hadiah tersebut deberikan kepada anak-anaknya. Di jerman memberikan bunga mawar merah kepada wanita dianggap sebagai suatu undangan yang romantis, tetapi menjadi tidak baik jika dikaitkan dengan hubungan bisnis.
Sebagai contoh mengatakan "NO". Bagi orang Amerika dan Kanada, mengatakan "NO" dengan menunjukkan geleng-geleng kepala. Orang Bulgaria menunjukan dengan kepala naik turun.Orang Jepang dengan menggerak-gerakan tangan kanan. Orang Sisilia (Italia) dengan mengangkat dagunya.
Negara | Reaksi Eye contact |
Amerika Utara | Orang Amerika Utara melihat eye contact sebagai tanda kejujuran. Orang yang berkomunikasi dengan orang lain tidak memandang mata lawan bicara dipandang tidak jujur. |
Puerto Rico | Anak-anak orang Puerto Rico diajarkan untuk tidak memandang mata orang dewasa karena tidak sopan. |
Jepang | Orang Jepang mengajarkan anak -anak mereka agar melihat orang yang jauh lebih tua hanya sebatas leher |
Korea | Memandang lawan bicara terus menerus diartikan sebagai tanda perbuatan kasar. |
Arab | Antara pria dan wanita tidak dianjurkan untuk saling menatap satu sama lain, karena bisa diartikan melanggar Hukum agama Islam, atau memandang orang yang bukan muhrimnya |
Tabel 3. Reaksi Eye Contact Antarbudaya
Senyum adalah bahasa universal, yang bisa menutupi rasa malu, kesedihan/ duka, emosi,bahkan rasa marah seseorang.
Tiap Negara mempunyai makna berbeda.
Contoh: Di Bulgaria, orang yang mengangguk-anggukan kepala bisa berarti mengatakan "no" dan menggeleng-gelengkan kepala mereka yang bisa berarti berkata "iya".
Hasil observasi dan experimen terbatas menyimpulkan bahwa, kebanyakan orang Amerika Utara, Eropa Utara dan Asia menginginkan ruang pribadi yang lebih besar dibandingk an dengan orang Amerika Latin, Perancis, Italia dan Arab.
Hasil studi di US menunjukkan bahwa sentuhan diintepretasikan sebagai menunjukkan "kekuatan" atau bisa diartikan membantu atau menolong.Orang yang jauh lebih kuat, menyentuh orang yang kurang kuat.
Masalah perbedaan waktu merupakan hal yang lumrah di belahan bumi manapun. Tetapi yang jauh lebih penting adalah adanya perbedaan sudut pandang terhadap waktu dan sikap terhadap waktu.
Komunikasi non verbal usianya lebih tua daripada komunikasi verbal. Sampai pada usia kira-kira 18 bulan, manusia cenderung bergantung total pada komunikasi non verbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, bunyi-bunyian, dll. Maka tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan non verbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non berbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif. Manusia mempersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya saja, seperti bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb), namun juga melalui perilaku non verbalnya. Pentingnya pesan non verbal ini misalnya dilukiskan dengan frase, “bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya” . Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada sesorang sering didasarkan perilaku non verbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, dan bermakna bagi orang lain.
Untuk Selengkapnya bisa download disini
Hasil observasi dan experimen terbatas menyimpulkan bahwa, kebanyakan orang Amerika Utara, Eropa Utara dan Asia menginginkan ruang pribadi yang lebih besar dibandingk an dengan orang Amerika Latin, Perancis, Italia dan Arab.
Hasil studi di US menunjukkan bahwa sentuhan diintepretasikan sebagai menunjukkan "kekuatan" atau bisa diartikan membantu atau menolong.Orang yang jauh lebih kuat, menyentuh orang yang kurang kuat.
Masalah perbedaan waktu merupakan hal yang lumrah di belahan bumi manapun. Tetapi yang jauh lebih penting adalah adanya perbedaan sudut pandang terhadap waktu dan sikap terhadap waktu.
Komunikasi non verbal usianya lebih tua daripada komunikasi verbal. Sampai pada usia kira-kira 18 bulan, manusia cenderung bergantung total pada komunikasi non verbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, bunyi-bunyian, dll. Maka tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan non verbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non berbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif. Manusia mempersepsi tidak hanya lewat bahasa verbalnya saja, seperti bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dsb), namun juga melalui perilaku non verbalnya. Pentingnya pesan non verbal ini misalnya dilukiskan dengan frase, “bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya” . Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada sesorang sering didasarkan perilaku non verbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata, mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, dan bermakna bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar